MIGAS = ASI
Oleh : Herry Trunajaya. BS
Sejumlah perusahaan minyak dan gas (Migas) telah beroperasi sejak puluhan tahum silam di bumi Kalimantan Timur (Kaltim), sebut saja BUMN milik Negara Pertamina (Persero), Chevron Indonesia, TOTAL E&P Indonesie, Medco E&P Indonesia, PT Badak NGL, VICO Indonesia dan lainnya. Perusahaan-perusahaan tersebut terus memompa perut bumi Kaltim berupa migas dan tentu saja sudah memberikan penghasilan yang sangat berlimpah. Ya, Kaltim telah memproduksi Gas Bumi sekitar 1,98 TSCF (Triliun Standar Kaki Kubik) atau 37,0 persen dari total produksi Gas Bumi Nasional.
Namun, apakah penghasilan yang berlimpah itu sudah juga dinikmati oleh masyarakat yang bukan karyawan perusahaan migas? Itu memang menjadi pertanyaan yang menyesaki benak setiap warga. Jawabannya; bisa ya, bisa belum. Karena, kenyataannya penduduk yang berlabel miskin mencapai 324,000 jiwa atau 10,66 persen dari 3 juta lebih penduduk Kaltim.
Mengapa Kaltim yang alamnya kaya masih memiliki begitu banyak penduduk yang miskin? Apakah industri migas tidak memiliki kepedulian atau menutup mata dengan kondisi masyarakat di seputarnya? Ini juga menjadi pertanyaan yang gampang-gampang susah menjawabnya. Karena, pada kenyataannya perusahaan-perusahaan migas di bumi Borneo ini memiliki program unggulan masing-masing dalam memberdayakan masyarakat.
Ya, masyarakat di lingkungan sekitar lokasi amat bersyukur dan menarik hikmah dari keberadaan aktivitas korporat perusahaan-perusahaan migas tersebut. Perusahaan awalnya mengemas program dalam bentuk Community Development (CD). Kegiatan CD berjalan berkelanjutan dengan beragam kegiatan maupun cakupan wilayah yang semakin luas, kemudian disesuaikan dengan konsep CSR.
TOTAL E&P Indonesie, misalnya, sudah sejak beberapa tahun selalu merekrut para pelajar dari SMK yang mencatat rangking di sekolah masing-masing untuk dididik menjadi tenaga kerja yang profesional. Mereka yang digembleng itu kemudian direkrut menjadi karyawan, jika lulus dan memenuhi kriteria yang dipatok perusahaan migas asal Perancis itu.
“Saya bersyukur karena tidak sempat merasakan menjadi seorang pengangguran, karena direkrut oleh TOTAL E&P Indonesie, dan alhamdulillah saya lulus dan sekarang sudah bertugas di perusahaan,” kata Rahmad Samudra, salah seorang lulusan SMKN 1 Balikpapan dengan wajah ceria. Lelaki muda itu memang selalu menduduki rangking teratas sejak SDN 002 Lamaru, SMPN 8 Manggar Balikpapan Timur dan terus berlanjut hingga SMKN 1 Sepinggan.
Rahmad Samudra adalah salah satu contoh nyata apa yang telah dilakukan dan diberikan TOTAL E&P Indonesie terhadap masyarakat Kaltim. Begitu juga perusahaan-perusahaan migas lainnya, mereka tidak pernah tidak peduli, apalagi sampai menutup mata. Selain perekrutan siswa-siswa SMK berprestasi setiap tahun, TOTAL E&P Indonesie juga peduli dengan membina usaha-usaha kecil di masyarakat.
Dampaknya tentu saja makin bergairahnya perekonomian masyarakat, lantaran mendapat bantuan tidak saja berupa dana, tapi juga kursus-kursus, pelatihan-pelatihan dan pemberian beasiswa kepada para pelajar yang berprestasi. Perusahaan-perusahaan itu memang telah berkomitmen akan menjadi bagian dari masyarakat Kaltim untuk waktu yang panjang dan ingin tetap menjadi tetangga yang baik bagi masyarakat daerah ini, dan telah mendorong pembangunan masyarakat melalui sistem sosial berdasarkan kebutuhan masyarakat.
Melalui partisipasi pengembangan masyarakat, Chevron Indonesia, Medco E&P Indonesia, TOTAL E&P Indonesie, VICO Indonesia, PT Badak NGL dan lainnya berkeyakinan, dengan dasar saling percaya dan kerja sama yang baik diantara semua pihak yang berkepentingan, program pengembangan masyarakat dapat dilaksanakan dengan sukses, sehingga baik perusahaan maupun masyarakat setempat dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Indonesia sejak awal 70-an mulai akrab dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai sumber energi. Secara perlahan penetrasi BBM menyebar ke seluruh pulau, di kota dan juga secara perlahan terus merambah ke desa. Dapur-dapur sudah tidak ada lagi yang namanya tungku, digantikan kompor minyak dan kompor gas. Malah sekarang kompor minyak sudah mulai digeser dengan kompor gas. Ini pertanda modernisasi, pertanda status kesejahteraan masyarakat meningkat.
Jika migas diibaratkan ASI (Air Susu Ibu), siapa yang bisa menyangkal kalau ASI adalah minuman paling bagus dan sehat bagi seorang bayi sebelum kemudian tumbuh dewasa. Bayi yang diasupi ASI akan tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas daripada bayi-bayi yang diberi minum susu perahan dari sapi. Begitu juga dengan migas yang telah memberikan warna bagi kehidupan dan perekonomian masyarakat Kaltim dan juga masyarakat di seluruh belahan bumi pertiwi ini.
Comments