Skip to main content

migas

HIDUP DI TENGAH INDUSTRI MIGAS
Oleh : M. Irham Amri

Industri Migas adalah bagian yang menjadi keseharian warga Kalimantan Timur. Keberadaannya fenomenal tetapi juga kontroversial. Hidup di tengah Industri Migas merupakan keniscayaan yang harus diterima warga Kalimantan Timur. Masalahnya, segarang apa “deteksi kontroversi” yang sering ditampilkan dan sebesar apa surga yang ditawarkan oleh Industri Migas ?, serta lebih ekstrem lagi, benarkah Industri Migas mampu menjadi “pejuang” bagi lokomotif pereokonomian lokal dan nasional, berikut penyajiannya ;
Kalimantan Timur adalah satu di antara beberapa provinsi di Indonesia yang mempunyai bumi dengan isi Migas yang “gemuk” . Karunia ini menjadi sangat penting ketika perekonomian Indonesia cenderung pasang surut alias labil. Dengan kondisi ini, Industri Migas kerap menjadi andalan yang senantiasa memposisikan dirinya sebagai pejuang ekonomi yang tak terimbas oleh kondisi bagaimanapun. Buktinya, Industri Migas dengan segala kehebatannya secara konsisten mampu mendrop puluhan trilliunan rupiah bagi penerimaan negara atau kisaran mendekati 30% dari seluruh APBN tiap tahun. Arti kasarnya, sepertiga nyawa ekonomi Indonesia ada di Migas.
Bukan hanya itu, Industri Migas atau perusahaan pengelolanya dikenal sebagai perusahaan yang royal mengucurkan rezekinya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) hingga ke masyarakat pedalaman sekalipun. Sebuah program khas yang mungkin hanya dipunyai produsen-produsen Migas. CSR yang santun ini akan menciptakan “Feeling of angagement” –perasaan terikat- (merasa memiliki) dari warga masyarakat . CSR juga kadang menjadi tumpuan ekonomi kerakyatan yang menambah nafas pebisnis kampung kelas teri.
Sepintas, itu berlebihan. Tetapi bila merunut realitas geliat Industri Migas di Indonesia khususnya Kalimantan Timur maka itu sangat realistis. Dari jaman pra kemerdekaan-kemerdekaan-pasca kemerdekaan-masa pembangunan hingga saat ini, Industri Migas tidak hanya memberikan pundi-pundi bagi penerimaan negara yang terus bertambah tetapi lebih jauh memberikan dampak signifikan bagi perkembangan sosial-ekonomi di pelosok-pelosok negeri yang terkadang jauh dari perhatian pemerintah. Serta yang tak kalah pentingnya adalah alih teknologi Migas dari “bule-bule” yang ditaqdirkan memang lebih dulu memahami dan menguasai teknologi permigasan dari orang orang lokal.
Peran dan Pengaruh Industri Migas
Kota Balikpapan mempunyai nilai “historis emas” dengan Industri Migas. Betapa tidak, sejarah lahirnya Kota Balikpapan ditentukan oleh hari pertama pengeboran yang menemukan cadangan-cadangan minyak pada tanggal 10 Pebruari 1897. Pengeboran itu mempunyai Kedalaman 222 meter dengan total produksi 184 barel perhari. Pengeboran perdana di Balikpapan menimbulkan multipler efek manfaat yang luar biasa bagi Balikpapan kala itu. Produksi minyak memerlukan pendukung lainnya seperti pembangunan sarana kilang dengan segala fasilitas yang menyertainya, perkantoran, perumahan, jalan dan yang terpenting, terserapnya tenaga-tenaga kerja yang tidak sedikit. Industri Migas benar-benar menjadi lokomotif perekonomian yang menyulap Balikpapan dari sebuah pedesaan menjadi daerah yang amat ramai dan berpengaruh. Karena perannya yang bernilai tinggi, Pemerintah Daerah Balikpapan bersama unsur terkait mengeluarkan surat keputusan nomor 6 tahun 1985 bahwa tanggal 10 Pebruari 1897 adalah hari HUT Kota Balikpapan.
Setelah pengeboran perdana di Balikpapan yang dikenal dengan Sumur Mathilda itu, penemuan-penemuan lapangan minyak dan gas yang potensial dari tahun ke tahun terus berlanjut seiring makin banyaknya perusahaan energi mancanegara yang masuk di Kalimantan Timur. Pulau Borneo menjadi pulau yang makin populer sebagai pulau yang mempunyai kandungan Migas yang melimpah. Penemuan itu antara lain, lapangan minyak Bekapai tahun 1972, Handil 1974, Tambora 1980, Peciko yang terkenal dengan gasnya tahun 1983 dan lapangan Sisi dan Nubi serta beberapa penemuan-penemuan lainnya.
Seperti Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur yang dulu terkenal dengan hutannya yang lebat menjadi provinsi yang bergeliat kencang. Perekonomian meningkat tajam. Tenaga kerja lokal tengisi pos-pos tertentu. Lokasi-lokasi yang dulunya pedalaman yang berada di sekitar penemuan-penemuan minyak kini membentuk kota mini moderen. Selain infrastruktur yang makin membaik, Provinsi Kalimantan Timur mendapatkan kucuran anggaran dari Pemerintah Indonesia setiap tahun sebagai Daerah Bagi Hasil (DBH) Industri Migas. Tahun 2009, provinsi ini mendapatkan jatah 5,2 trilliun rupian.
Kontroversi Industri Migas.
Meski Industri Migas nyata memberikan manfaat yang luar biasa besar bagi Kalimantan Timur bukan berarti ia mulus tanpa ada tantangan. Pohon yang tinggi akan senantiasa goyah oleh terpaan angin. Industri Migas adalah industri yang sangat bergantung pada kemampuan teknologi dan SDM professional karena dia bergerak di bidang pengerukan isi bumi. Resiko dan konsuekwensi yang bisa ditimbulkan sangat besar dengan dampak yang tidak main-main. Dari sinilah kadang menimbulkan kecemasan berlebihan dari penduduk lokal. Karena berlebihan maka timbullah paranoid. Sifat paranoid ini tertanam dalam masyarakat yang menghilangkan kepercayaan bahwa Industri Migas mampu mengatasi dampak lingukungan, bencana dan hal-hal yang berbau seram lainnya. Apalagi media massa dengan gencar memberitakan kegagalan fatal eksplorasi Migas yang dilakukan oleh Lapindo Brantas. Kegagalan ini memberi sinyal bahwa bencana eksplorasi Migas tidak dapat ditangani oleh siapapun dan teknologi secanggih apapun. Seramnya lagi, di Kalimantan Timur terdapat perusahaan-perusahan besar yang tanpa henti menggerogoti isi perut bumi borneo ini.
Selain menghasilkan begitu banyak uang dan kesejahteraan, Industri Migas juga menimbulkan waksangka dan kecemburuan. Masyarakat yang berdomisili sekitar produksi akan terus merasa bahwa apapun yang diberikan perusahaan Migas kepada mereka takkan pernah cukup. Perasaan bahwa ia warga lokal-pribumi adalah perasaan yang menciptakan otoritian-otoritian bahwa akulah yang benar, akulah yang berhak. Rasa memiliki otoritian ini dimungkinkan karena kondisi pengetahuan masyarakat yang sering dicecoki oleh informasi sepihak. Dan biasanya, sekecil apapun teriakan LSM atau kelompok-kelompok kemasyarakatan tentang Industri Migas, sehebat media mempublikasikannya. Karena siapapun tahu, lebih banyak kelompok yang mempunyai kemampuan kritik mematikan daripada berbuat solusi yang bisa menyelesaikan masalah.
Industri Migas mempunyai jejak rekam yang manis di Balikpapan. Membantu dan mengawal pertumbuhan Kalimantan Timur serta melengkapi APBN-P nasional. Namun demikian, Industri Migas sejak keberadaannya hingga kini menimbulkan kontroversi-kontroversi yang takkan pernah berhenti.
Meminjam kutipan “John Elkington”, perusahaan yang baik adalah yang berprilaku seperti lebah, menghasilkan madu tanpa mengganggu atau merusak apapun. Bukan perusahaan jenis ulat, bisanya hanya merusak alam dan lingkungan sekitarnya tanpa memberikan manfaat apapun bagi sekitarnya. Pertanyaannya, apakah Industri Migas masuk kategori jenis Lebah atau Ulat?. Jawabannya berpulang kepada kita!!!

Comments

Popular posts from this blog

Aplikasi Simantan

Layanan IMTN Balikpapan dengan Aplikasi Simantan "Ribet" Balikpapan, Layanan pembuatan surat tanah di Kota Balikpapan dari biasanya secara manual dari Surat Segel yang dimiliki warga kota diurus melalui Kantor Kecamatan disemua Kecamatan se Kota Balikpapan dari luas  tanah 5000 m2 kebawah, sedangkan luas tanah 5000 m2 keatas diurus melalui Kantor Dinas Pertanahan Kota Balikpapan yang ditujukan Kepada Walikota Balikpapan. seiring perjalanan dari waktu ke waktu tak banyak memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Kendala yang dialami diantaranya lambatnya proses layanan dan pemberian jadwal untuk pengukuran serta pembuataan dokumen penyelesaiaan imtn lainnya dinilai Lambat dan menjenuhkan. Pemberian jadwal serta fasilitas lainnya masih terkesan sesuka hati petugas yang melayani.sehingga warga yang mengurus selalu bolak balik kekantor DPPR atau Kekantor Camat untuk mengecek surat tanahnya sampai 1 tahun waktu berjalan. Komunikasi petugas dan warga yang mengurus di

Post Metro

Rabu, 13 Oktober 2010 , 08:23:00 Kapal Milik Pelindo Terbakar Kena Percikan Api Las, Anjungan Ludes Bagi berita/artikel ini kepada rekan atau kerabat lewat Facebook BALIKPAPAN-Sebuah kapal tunda jenis tugboat Anggada XV milik PT Pelindo terbakar di kawasan dermaga Chevron Kawasan Pelabuhan Semayang, Selasa (12/10) pagi kemarin sekira pukul 09.30 Wita. Kapal tersebut sedang dok tak beroperasi, dilalap api pada bagian anjungan serta dek bawah kapal. Kebakaran tugboat tersebut tak menimbulkan korban jiwa, namun menimbulkan kepanikan orang-orang di pelabuhan. Ratusan warga di pelabuhan berlarian takut terjadi ledakan dalam kapal. Api berhasil dijinakkan kurang dari 30 menit sebelum api menjalar ke dek-dek lainnya, serta peralatan pemadam kebakaran yang ada di dalam kapal Anggada XV. Diketahui kapal ini kesehariannya beroperasi memandu kapal penumpang yang akan sandar maupun bertolak di pelabuhan Semayang. Kapal tersebut sedang dok menjalani perawatan rutin sejak satu bulan lalu. Api diduga

berita foto lingkungan

kondisi aktivitas pertambangan batu bara samboja-kutai kartanegara 2011